Cerita Sex - “Waktu SMA, aku dan teman satu geng kebetulan jomblo semua. Iseng-iseng kita taruhan pas menjelang Valentine. Kalau yang enggak punya pacar, ntar harus traktir. Sebenarnya aku enggak lagi pengin pacaran, aku jadi bimbang gitu harus deketin siapa. Trus, ada satu cowok yang nginep di rumah tetanggaku tapi aku enggak kenal.
Entah dari mana dia bisa dapat nomor hape aku. Awalnya aku enggak kepikiran mau deket sama dia. Tapi karena takut kalah taruhan, aku jadi merespon SMS dia. Palingan juga buat pacaran satu atau dua minggu gitu. Pas SMSan seminggu, dia sudah agresif gitu. Aku enggak pernah kepikiran punya hubungan serius dengan dia.
Sampai suatu hari, waktu itu pulang sekolah. Sebelumnya aku enggak pernah main ke rumah cowok, ini pertama kali aku main ke rumah cowok. Di rumahnya kebetulan ada ibu sama neneknya. Pas aku ke situ, orangtuanya baik-baik aja. Trus aku dipanggil ke loteng. Kupikir ada ruangan lain, tapi ternyata itu kamar dia. Aku sempat takut sih berduaan aja sama dia.
Entah apa yang terjadi, aku enggak tahu tiba-tiba kita sudah melakukan hubungan seks. Pas aku sadar, aku merasa sakit. Aku ingat dia merangkul aku, setelah itu aku merasa gelap gitu, kayak pingsan. Aku lupa apakah waktu itu dikasih minum atau apa. Waktu itu aku nangis, eh tapi dia malah ketawa.”
“Sejak kejadian itu, aku seperti merasa di bawah kontrol dia. Mungkin aku keburu takut orang nge-judge aku. Sejak pacaran, kita jarang jalan. Dia kayaknya cuma pengin melakukan hubungan seks aja.
Aku kayak terkontrol sama dia. Bahkan aku jadi pengin nyamperin dia terus. Aku enggak menikmatinya. Aku tahu itu salah tapi aku enggak tahu harus ngapain. Dia juga pernah merekam aku waktu berhubungan seks.
Sebenarnya orang tuaku sudah melarang, teman-temanku juga. Aku sendiri sebenarnya tahu dia sering modusin cewek lain. Tapi aku enggak bisa ngapa-ngapain. Aku seperti kehilangan diri akulah selama beberapa saat itu. Aku sadar sama tindakanku, tapi dia kayak punya kuasa sama aku.
Aku tahu aku bahagia sama teman-temanku, tapi aku malah milih dia dan prioritasin dia. Sampai aku melupakan orangtua. Padahal kalau dipikir-pikir, enggak ada apa pun yang bisa aku dapetin dari dia. Senang-senang aja enggak, karena dia tujuannya cuma seks doang.
Dia juga pernah ngomong yang nyakitin aku. Soalnya waktu pertama kali melakukan hubungan itu, aku memang enggak keluar darah. Aku sudah yakinin kalau aku belum pernah ngelakuin ini sebelumnya, tapi dia enggak percaya. Akhirnya aku pasrah aja.
Aku tahu aku rugi, dan aku merasa aku kayak orang bodoh. Dia bahkan lebih mentingin dirinya sendiri. Teman-temanku juga sudah ngingetin kalau dia bahaya, tapi aku seperti di bawah pengaruh dia.”
“Sampai aku kuliah, aku masih pacaran sama dia. Aku enggak bisa lepas padahal tahu kalau aku dieksploitasi. Aku punya minat belajar yang tinggi dan aku enggak pengin ngecewain orangtua, tapi entah kenapa aku malah pengin hamil.
Ketika hamil, aku nyembunyiin dari orang tuaku. Kebetulan waktu itu aku kuliah di Bogor. Rasanya stres banget, dan dia juga cuek, sama sekali enggak peduliin aku. Aku baru jujur sama orangtuaku waktu aku sudah hamil sekitar tujuh bulanan. Mamaku nangis dan papaku marah banget. Bahkan aku sampai ditendang oleh om aku.
Soalnya selama ini aku memang enggak pernah macam-macam, suka di rumah aja, dan ibuku juga guru BK, makanya aku tertekan banget. Lingkungan keluargaku memang religius, di lingkungan rumahku juga gitu, dan seks ini tuh hal yang tabu di sana.
Akhirnya, bareng nenekku, kita nyamperin rumah dia. Di depan aku sih orang tuanya kaget dan marah sama anaknya. Tapi aku bisa ngelihat kalau ibu dia tuh jijik sama aku. Soalnya dia memang sering lihat aku main ke rumah.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.