Cerita Sex - Spoiler: CHAPTER 1 Gw memiliki beberapa teman dekat waktu kelas 1 SMA, teman yang sering menghabiskan waktu bersama didalam dan diluar jam sekolah, istilah pada jaman itu adalah ‘geng’.
Sepulang sekolah, kami sering ngumpul di rumah salah satu dari kami bergiliran, tapi kami lebih sering ngumpul di rumah Raina. Rumahnya sering kosong, jadi sangat nyaman buat kami untuk nongkrong seharian.
Ibu Raina adalah istri kedua, sehingga ayahnya lebih sering di rumah istri pertamanya. Ibunya bekerja kantoran (9-5) dan ada dirumah hanya Sabtu dan Minggu. Orang tua Raina santai banget, mau merokok boleh, minum boleh. main sampai malam boleh, menginap pun boleh, akhirnya anaknya jadi seperti Kardashian atau Azhari.
Raina memiliki kakak laki2 Randra dan Adik perempuan Riska. Randra dan Raina bertubuh pendek, tampang biasa2 aja, tapi pintar. Sedangkan Riska, kebalikan dari kedua kakaknya, dia tinggi, cantik, sexy, tapi bodohnya ampun2an.
Gw cukup dekat dengan Raina dibanding teman2 yang lain, karena dia adalah teman terbaik saat gw butuh didengar. Apalagi pada waktu itu, keluarga gw sedang banyak masalah.
Kejadian ini bermula saat kami kelas 3 SMA, waktu itu menjelang tahun baru, gw galau kronis karena beberapa malam sebelum tahun baru, gw harus putus dengan pacar gw Dina yang udah gw pacarin selama 2 tahun. Seperti biasa gw bersandar pada Raina, gw mengeluhkan kalau tahun baru ini gw akan sendirian, lalu Raina mengundang gw untuk menghabiskan waktu dengan dia dan teman2nya untuk tahun baru.
Tanggal 31 Desember, sore menjelang malam tahun baru, gw sampai dirumah Raina.
R: “Gw ikut sedih soal Dina ya”
G: “Makasi Na, bakalan terjadi juga cepat atau lambat”
R: “Yaudah, sesuai prediksi kita kan, relain aja, masih panjang perjalanan”
G: “Thanks Na. By the way, gapapa ni gw crashing acara lo sama teman2 lo?”
R: “Aman, yuk gw kenal2in dulu”
Seperti pesta rumahan tahun baru pada umumnya, bakar2an sambil minum2. Teman2nya welcome dan ramah, gw ga merasa asing disekitar mereka.
Satu jam menjelang countdown, pesta berpindah lokasi dan gw ikut aja, ternyata itu adalah base camp dari salah satu band SKA tanah air yang cukup terkenal dimana2. Disana gw melihat lusinan botol alkohol berderet di meja, dalam hati gw berkata bakalan hancur lebur nih pesta malam ini. Dan betul saja, countdown pun tiba dan pesta makin meriah ditambah musisi meramaikan suasana. Minuman mengalir seperti ga ada ujung nya. Hingga berakhir dengan tumpukan manusia bergeletakan dimana2.
Raina yang 1/4 sadar memberi tau gw yang juga 1/4 sadar bahwa gw bisa tidur di kamar. Raina mengantar gw ke kamar yang terisi dengan beberapa kasur tingkat. Di beberapa kasur sudah terisi oleh manusia lain, Raina menemukan satu yang kosong dan merebahkan diri nya, Raina menawarkan untuk tidur disebelahnya, karena kami memang cukup dekat. Selagi mencoba tidur kami cekikian atas hal yang ga jelas sampai ditegur oleh manusia lain di kamar itu, akhirnya kami saling berbisik. Karena jarak yang terlalu dekat, kami terpancing untuk lebih intim, lalu kami berciuman. Saat beradu lidah, tubuh yang sedang dalam keadaan auto pilot mengambil tindakan yang tidak dan diinginkan. Kami saling meraba dan menyentuh bagian intim, satu demi satu pakaian terlepas hingga sama2 tersisa underwear. Saat itu Raina diatas dan saya terlentang di bawah nya. Kami masih dalam keadaan saling melumat bibir, Raina mulai menggerakan pinggul nya hingga penis gw dan vaginanya bergesekan, meskipun masih terlapis underwear, bagi gw dan Raina yang belum pernah seintim itu, keadaan itu sudah terlalu jauh bagi kami. Underwear kami udah sama2 basah, Raina mempercepat gerakan nya dan ga lama gw orgasme di dalam underwear. Gw ga ingat apa2 setelah itu dan tertidur pulas.
Sorenya, gw terbangun, Raina di dada gw setengah telanjang, dan banyak manusia lain tertidur di kamar itu dengan berbagai bentuk. Gw colek2 Raina dan dia terbangun kaget melihat keadaan kami, dia mengambil pakaian, gw pun juga, dan segera keluar dari kamar itu sebelum orang lain tau. Raina menarik gw ke sebuah ruangan yang ternyata studio. Raina menutup pintu nya, sehingga ruangan itu kedap.
R: “What the fuck that we did last night?”
G: “Gw ingat sekilas2, kita ke kamar, becanda2, make out, dan lalu kita saling uhmmmm..”
R: “Please ga itu, please”
G: “Pet..ing”
R: “Oh Ya tuhan!” (mulai menangis)
G: “Na, kita ga ngapa2in kok dan kita juga ga gitu sadar melakukannya”
R: “Ya tapi aku belum pernah kaya gini sama cowok, aku malu, banyak orang dikamar itu, aku takut dibilang jablay sama teman2 aku”
G: “Yaudah bilang aja gw pacar lo Na, kan teman2 lo juga ga ada yang tau gw”
R: (mulai berhenti menangis) “Iyaa, sorry ya, kepala gw pusing dan gw panik”
G: “Gapapa Na, maafin gw juga ya”
Kami berpelukan dan gw pun pulang setelah mengantar Raina.
Spoiler: CHAPTER 2 Beberapa hari berlalu, galau gw kumat, gw merasa sangat kesepian, karena kegiatan harian yang biasa gw lakuin dengan mantan gw itu dah ga ada lagi. Gw bengong dirumah entah mau ngapain dan Raina telpon mengajak nongkrong dirumah nya.
Sampai dirumahnya, kosong seperti biasanya, gw masuk dan duduk. Raina keluar dari kamar pakai handuk (habis mandi) dan ga tau kalau gw udah sampai. Terkejut melihat gw, handuknya jatuh ke lantai dan gw bisa melihat seluruh tubuh Raina.
R: “Anjing! Kaget gw!” (sambil lari ke kamar)
G: “Hahahaha! Rejeki anak soleh”
R: (dari dalam kamar) “Tai lo liat semua ya?”
G: “Hahaha ga ada untung nya juga gw liat lo telanjang, malah rugi, sakit mata gw, hahaha”
R: “Tai, gini2 lu sikat juga kemarin taun baru”
G: “Bangke, kalau gw tau itu lo mending gw muntahin hahahaha”
Raina keluar kamar mengenakan tanktop dan celana pendek. Dia ga pakai bra karena gw bisa melihat ceplakan putingnya. Raina duduk disebelah gw.
R: “Lo beneran ga tau itu gw?”
G: “Hahaha tau lah Na, gila lo”
R: “Trus menurut lo gimana?”
G: “Apanya?”
R: “Ya malam itu lah, bagian ‘itu’nya. Enak ga?”
G: “Iih apaan sih dibahas2”
R: “Aaah kasi tau dooong pendapat lo!”
G: “Yaa ciuman sama lo enak sih Na. Eh! Lo belajar dimana tuh? Gerakan lo kaya pro!”
R: “Diajarin sepupu gw, dia sama pacarnya udah ML, trus gw diajarin gerakannya pake guling”
G: “Oh make sense”
R: “Enak ya? Hehehe berhasil gw berarti”
G: “Lo udah pernah ML Na?”
R: “Belom anjing! makanya penasaran gw, tapi takut. Waktu itu hampir sih, gw penasaran banget, gw telpon temen kakak gw minta dia kerumah. Pas mau dimasukin eh ‘itu’nya lemes trus ga bangun2 lagi”
G: “Trus ga lo coba lagi?”
R: “Engga, males gw jadinya. Lo juga belom kan sama Dina?”
G: “Belom! Tiap diajakin ga mau terus dia, rugi deh macarin bertaun2 ga dikasih juga”
R: “Eh ummmm… lo mau coba ML ga?”
G: “Sekarang nih?”
R: “Iya mumpung sepi”
G: “Ayo, boleh deh!”
Kami melepaskan pakaian kami dan awkward mau memulai dari mana, akhirnya kami duduk dan mulai dengan ciuman. Gw meraba dada Raina, Raina mengelus2 penis gw hingga mengeras. Gw hanya tau prosesnya seperti di film porno, jadi gw ikutin aja. Gw rebahin Raina dan melebarkan kakinya, gw tempelin penis gw di bibir vaginanya dan mulai mendorong. Penis gw ga mau masuk dan Raina merintih sakit, jadi gw hentikan dorongannya. Saat mau mencoba lagi, gw dengar suara motor mendekat. Raina lari ke kamar beserta pakaiannya dan gw segera berpakaian ditempat.
Spoiler: CHAPTER 3 Ternyata Randra. Gw duduk di ruang tamu langsung menyalakan rokok dan pura2 tidak terjadi apa2.
RD: “Eh, sendiri aja lo? Adek gw mana?”
G: “Dikamar tuh tadi abis mandi”
RD: “Oh yaudah, gw ke kamar yak”
G: “Oke Ndra”
Raina kembali dan ikut merokok bareng, kami berbisik2 ngobrolin apa yang terjadi dan kenapa gagal, ga menemukan jawabannya. Penis gw masih tegang dan entah gimana cara menurunkannya sedangkan Randra ada dirumah. Raina melihat ke arah gw dan tersenyum.
R: “Hmmmm kita jadian aja lah! mau ga?”
G: “Hah? Kenapa mendadak kepikiran gitu”
R: “Iyalah, udah sampe kaya gini juga, sekalian aja pacaran”
G: “Oh, ya juga sih. Yaudah oke”
Beberapa hari setelah jadian, gw jadi sering main ke rumah Raina dan kadang menginap. Suatu malam, ada yang mengetuk pintu rumah, agak aneh sih karena sudah jam 2 pagi. Gw dengar karena gw tidur di ruang tamu.
Gw intip dari jendela, diluar ada 2 polisi berseragam dan 1 bapak2 mengenakan pakaian biasa. Gw buka pintu dan mereka mencari orang tua Randra. Segera gw bangunin Raina dan minta dia bangunin ibunya. Ibunya dengan wajah bingung dibangunkan tengah malam segera menghampiri petugas itu, ternyata Randra tertangkap tangan membawa sabu 250gr dan sudah diamankan ke polsek. Ibunya langsung lemas dan terduduk dilantai. Gw bantu ibunya duduk di sofa, Raina melanjutkan perbincangan dengan petugas dan ga lama petugas itu pun pergi.
Setelah beberapa saat, semua sudah agak tenang, kami langsung menuju polsek. Sesampainya disana, Randra sudah diamankan di dalam sel. Menurut info, Randra tertangkap saat ada razia kendaraan bermotor di daerah Cawang.
Malam berikutnya orang tua, Raina, Riska, gw, dan beberapa teman dekat berkumpul dirumah untuk memberi support pada keluarga nya. Ibunya masih tampak terpukul dan terus menangis, ayahnya menatap kosong melamun.
Menjelang malam, satu per satu undur diri dan hanya gw yang bukan keluarga tersisa dirumah itu. Gw merasa ga tega meninggalkan keluarga itu dalam keadaan seperti itu, akhirnya gw tinggal untuk sedikit membantu meringankan seperti mengantar dan membeli keperluan.
Ayah Raina: (melihat ke arah gw) “Om minta tolong kamu sering mampir kesini ya, kalau mau menginap silahkan pakai aja kamar Randra, Om merasa lebih tenang kalau ada laki2 dirumah”
G: “Iya Om, saya usahakan sering mampir”
Lalu ayah Raina beranjak ke kamar membawa istrinya yang masih menangis. Riska sepertinya udah tidur, hanya gw dan Raina yang tersisa.
R: “Nogobrol dikamar kakak aja yuk”
G: “Oh yaudah”
Gw cek pintu2 dan jendela sudah terkunci, gw mati2in lampu, dan menuju ke kamar. Sampai kamar, Raina sudah melepaskan seluruh pakaiannya dan duduk di kasur.
R: “Aku mau ML”
G: “Sekarang? Disini?! Kamu yakin?!”
Spoiler: CHAPTER 4 Raina menangguk. Gw kunci pintu kamar, lepas pakaian gw, dan menyusul Raina di kasur.
Kami berciuman beberapa saat, nafsu mulai mendorong kami untuk lebih liar lagi. Gw mulai beranjak menciumi leher dan kupingnya, lalu gw lanjutkan dengan menjilati dada nya, dan gw hisap2 putingnya dengan liar. Sambil memainkan dadanya, gw raba vaginanya, kali ini sedikit basah mungkin karena rangsangan sebelumnya. Gw usap2 disekitar lubang vaginanya dan sedikit2 gw coba masukan jari ke lubangnya seperti di film. Perlahan tapi pasti satu jari bisa masuk, Raina mendesah perlahan dan gw hisap lagi dadanya.
Raina mulai mengeluarkan desahan yang mengikuti ritme nafasnya. Saat itu gw langsung memposisikan diri gw berada diatas Raina, gw masih menghisap dadanya, jari gw masih bermain divaginanya, dan diam2 gw tukar jari gw dengan penis dan mulai gw dorong masuk perlahan. Sepertinya Raina belum sadar, gw ciumi lagi leher dan kupingnya, dan gw dorong sedikit lagi. Terakhir gw lumat bibirnya dan gw dorong semaksimal mungkin lalu penis gw amblas didalam vagina Raina.
Gw hentikan ciuman gw dan memberitahu Raina kalau udah berhasil masuk. Raina terkejut, menatap gw, dan kami berciuman lagi. Gw mulai tarik keluar dan dorong masuk sedikit, Raina mengigiti bibir gw sambil bergumam. Gw percepat intensitasnya dan Raina melepas ciumannya, menatap gw, mengigit bibir nya, mendesah. Gw remas2 dadanya dan gw ciumin lehernya, dia semakin mendesah dan mendesah dikuping gw, membuat gw mencapai orgasme dan tersembur sperma gw di perut, dada, hingga lehernya.
Kami bertatapan lalu berciuman, tertawa kecil seakan saling mengatakan kalau kami udah ga perawan dan perjaka lagi. Saat gw bangun gw lihat ujung belakang penis gw ada noda darah dan di sprei pun ada noda darah. Raina melihatnya dan terdiam sebentar.
R: “Jangan mainin gw ya”
G: “Iya Na, tenang aja”
R: “Serius gw nih!”
G: “Iyaaa gw paham”
Raina beranjak ke kamar mandi bersih2 dan kembali ke kamar Randra. Pintu kami biarkan terbuka setengah, dia tidur dikasur, gw tidur di karpet.
Spoiler: CHAPTER 5 Sebulanan kami pacaran, setiap seminggu sekali kami membesuk Randra di penjara. Tubuhnya semakin kurus, ibunya selalu menangis melihat anak laki2 satu2nya dibalik jeruji. Randra terus2an meminta maaf atas perbuatannya dan meminta untuk jangan terlalu memikirkannya dan rajin2 menjenguk. Dia juga minta sejumlah uang untuk disetorkan pada ketua sel agar tidak dipukuli.
Kasian sekali gw melihat kondisinya, tapi ya itulah kalau berani berbuat harus siap bertanggung jawab.
Dijalan pulang, ibunya bercerita kalau Randra tidak memakai narkoba, tapi menjadi kurir untuk menambah uang jajannya. Randra sebelumnya sering minta tambahan uang jajan tapi ga dikasih oleh ayahnya dengan maksud tidak mau memanjakan, salahnya adalah kedua adik perempuannya kalau minta apapun langsung dituruti, jadi Randra yang merasa tidak adil itu menempuh jalur cepat.
Kembali ke Raina. Suatu malam minggu, gw diajak teman untuk nongkrong. Gw ajak Raina tapi dia malas dan berkata mau dirumah aja. Mendekati tengah malam, lagi enak2 nongkrong, ibunya Raina telpon bertanya apa dia sedang sama saya apa ga, karena tadi pergi sama Riska dan teman2nya tapi belum pulang. Mendengar kabar itu gw marah, gw telpon Raina, suaranya seperti lagi mabuk, lalu telponnya diambil sama seorang laki2 dan minta gw untuk santai aja karena mereka aman. Gw menahan2 emosi dan pura2 tenang, lalu laki2 ini bilang mereka berada di TIM. Gw bilang ke teman2 gw dan segera kami serbu ke lokasi. Sampai disana, gw menemukan mereka dalam sebuah mobil, dikursi belakang gw lihat Raina lagi ciuman dengan seorang laki2, gw buka pintunya dan gw seret laki2 itu keluar dan diamankan oleh teman2 gw. Sisanya Raina, Riska, dan satu teman perempuannya gw minta jelasin. Mereka menjelaskan kalau tadi memang tidak niat pergi, tiba2 ada teman Riska (si laki2) datang kerumah dan ngajak pergi dengan menawarkan dia punya ganja. Pergi lah mereka dan mulai menghisap dijalan dan karena lapar berhenti makan di TIM.
G: “Jadi diajak pergi ga mau, lo malah keluyuran sama orang yang baru lo kenal, mabuk, trus mesum? Lo yang minta gw jangan pernah mainin lo ya Na, lo sendiri yang melanggar”
Gw menghampiri laki2 tadi. Karena gw butuh meluapkan emosi, gw ajak duel satu lawan satu. Kami bertukar tinju hingga akhirnya dia terkapar. Gw patahin spion2 mobilnya, pecahin kaca lampu, dan teman2 gw membaret2 seluruh permukaan mobilnya dengan koin dan kunci.
Gw suruh para perempuan masuk mobil dan kami menuju pulang. Sesampainya dirumah, mereka kena marah sama ibunya dan gw menuju kamar Randra untuk mengambil barang2. Selagi gw berjalan ke arah motor, Raina yang udah mulai sadar mengejar gw dan bersujud dikaki gw nangis2 minta maaf
R: “Gw minta maaf.. Gw minta maaf.. Gw salah.. tapi Lo jangan pergi, please jangan pergi.. Gw jelasin dulu…”
G: “Oke, jelasin apa?”
R: “Iya gw emang ciuman sama laki2 itu, tapi itu cuma main2. Tadi Riska dan temannya juga, trus Riska nantangin gw dan gw kepancing”
G: “Udah?”
R: “Maksudnya udah apa?”
G: “Kalau udah jelasinnya, gw mau nanya. Perkara main2, taruhan, apapun itu, lo ciuman ga sama dia?”
R: “Iyaa” (menunduk)
G: “Gw liat sendiri tadi ya Na, lo ga cuma sekedar kena bibir doang, tapi lo main lidah dan peluk2an. Dan sekarang lo bilang gw jangan pergi? Udah gila lo ya?!”
Gw naik ke motor dan pergi dari rumah itu. Sesampainya dirumah udah bertumpuk missed call dan sms sampai inbox penuh, isinya alesan ini dan itu. Gw biarin inbox penuh dan gw tinggal tidur.
2 hari kemudian, ayahnya Raina telpon minta gw kerumah dan gw datang. Ayahnya marah besar mendengar kelakuan anaknya dari ibunya. Ayahnya bilang sama mereka kalau mulai sekarang dan seterusnya, mereka hanya boleh pergi main kalau gw ikut, kalau gw ga ikut, apapun alasannya mereka ga boleh meninggalkan rumah. Gw saat itu mau angkat bicara dan bilang kalau gw udah ga pacaran lagi sama Raina, tapi kembali lagi gw terjebak dengan perasaan iba sama keluarga itu.
Setelahnya, Raina minta waktu untuk bicara berdua sama gw, kami ke kamar Randra.
R: “Aku salah, aku ga akan ngelak lagi, kamu mau pukulin aku juga aku rela. Tapi please jangan pergi, kasih aku kesempatan buat nebus kesalahan aku”
G: “Udahlah Na, lupain aja. Kamu bisa sampai begitu berarti kamu emang ga serius juga dengan hubungan ini, lalu buat apa kamu perjuangin? Apa karena aku yang ambil perawan kamu?”
R: “…..”
G: “Pertama, kamu yang ngasih, aku ga pernah minta. Kedua, kamu yang minta aku janji ga sia2in, kamu sendiri yang sia2in. Ketiga, untuk apa aku percaya kamu lagi? Kamu aja ngorbanin perawan buat hubungan main2 begini, sekarang kamu ga punya jaminan apa2 lagi kan?”
R: “Aku mohon.. Satu aja kesempatan lagi.. Aku lakuin apa yang kamu mau..”
Jeng.. Jeng.. Jeng….!!! Passwordnya benar!!!
G: “Hmmmm oke, aku terima syarat itu. Aku kasih kamu satu kesempatan”
Spoiler: CHAPTER 6 Sejak itu, gw lumayan sering menginap, sekitar 3-4 hari dalam seminggu. Orang tuanya juga udah terbiasa dengan keberadaan gw disana dan merasa lebih tenang karena ada laki2 yang menjaga anak2 perempuannya saat mereka ga dirumah.
Padahal, setiap kali gw menginap, gw salurkan penasaran gw terhadap sex pada Raina. Saat itu gw dan Raina belum tau kalau perempuan pun bisa orgasme, jadi gw benar2 memperlakukannya sebagai tempat buang sperma kapanpun gw mau aja. Di kamar, diruang tamu, di dapur, di seluruh bagian rumah nya pernah gw pakai ML dengan Raina.
Sampai suatu malam, orang tuanya keluar kota beberapa hari. Malam pertama, gw ke kamar Raina dan Riska, gw buka pintu dan karena mereka tidur dengan lampu menyala, gw bisa melihat Riska tidur menyamping dengan daster nya terangkat sampai ke pinggang, sehingga terlihat underwearnya dan pantatnya yang sexy. Gw mendekati Raina, membangunkannya dan menyodorkan penis gw ke mulutnya. Selagi dia menghisap, gw melihat ke arah pantat Riska dan membayangkan ML dengannya. Karena ga tahan, gw ajak Raina untuk ML disebelah Riska yang tertidur, Raina mematikan lampu dan ML pun dimulai. Di dalam kegelapan itu gw tergoda untuk meraba2 Riska dan gw lakukan aja, gw elus2 pantat dan pahanya, dan perlahan gw lepas underwearnya. Riska terlihat diam aja dan Raina tidak melihat pergerakan tangan gw. Gw jilat jari gw dan meraba2 vagina Riska, gw masukin jari ke vaginanya dan Riska merubah posisi jadi terlentang. Gw remas2 dadanya dari luar lalu gw selipkan tangan melalui celah daster nya hingga mendarat di dada Riska yang kenyal dan mantap. Gw masih memompa vagina Raina tapi gw fokus pada tangan gw yang menjelajahi tubuh Riska. Tiba2 Raina menjepit tubuh gw dengan kakinya dan badannya menggerenjang.
R: “Fuck… Oooh fuck.. enak banget, enak banget, aku kenapa tadi? Enak banget!”
G: “Ga tau, emang kamu ngerasa gimana?”
R: “Awalnya kaya rasa mau pipis, tapi geli, makin geli, dan sampai dititik seperti nyawa aku lepas dari tubuhku, enak banget, seperti kamu pas orgasme gitu kayanya deh”
G: “Oh perempuan bisa juga ya? Hmm okay”
R: “Aku mau lagi, masukin lagi, kaya tadi ya gerakannya”
Gw masukin lagi di posisi yang sama dan gw mulai menggerayangi tubuh Riska lagi, kali ini gw beraniin mengangkat dasternya lebih keatas dan gw remas dadanya yang kenyal dan padat, gw mainin putingnya. Tiba2 ada tangan yang mensngkap tangan gw, gw ga tau itu tangan Raina apa Riska, tangan itu menuntun tangan gw untuk meraba vagina Riska, disitu gw tau kalau itu tangan Riska. Gw raba, gw lebarin, dan gw gesekin jari gw ditengah vagina Riska hingga mulai basah, gw masukin jari ke vaginanya, Riska menggengam pergelangan tangan gw dan mulai menarik nya seakan2 meminta gw untuk mengocoknya sesuai ritme yang dia mau.
Di satu sisi, gw merasa jepitan kaki Raina kembali mengencang dan dia mendadak seperti kehabisan nafas.
R: “Aku keluar lagi kayanya.. Oouh enak banget.. Kamu hebat banget malam ini.. Keluarin juga dong..”
Gw berhenti menggerayangi Riska dan fokus memompa Raina hingga gw orgasme. Gw cabut penis gw, semburan pertama gw arahkan ke arah Riska tidur, dan sisanya ke perut Raina. Gw ga tau itu tersembur kemana, gw yakin pasti kena Riska sih karena gw ingat betul pada waktu awal2 gw mengenal sex itu semburan nya seperti pompa air.
Besoknya, saat gw bangun tidur, kedua perempuan itu udah ga ada. Saat gw keluar kamar, Raina lagi memasak sarapan dan Riska duduk diruang makan.
RK: “Lo semalem ML ya sama kakak?”
G: “Iya, kok lo tau?”
RK: “Gw kerasa goyang2, pas bangun gw denger desahan, trus lo remes2 dada gw, jadi sange gw”
G: “Kok lo tau aja sange? Udah pernah lo ya?”
RK: “Belom! diajarin sepupu gw!”
Lagi2 sang sepupu, gw jadi makin penasaran seperti apa orangnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.